BAB I

TUHAN YANG MAHA ESA DAN

FILSAFAT KETUHANAN



Standar Kompetensi :


Setelah membaca bab ini, maka siswa diharapkan mampu:

1. Memahami tentang iman dan takwa

2. Memahami tentang konsep-konsep ketuhanan

3. Merealisasikan konsep iman, takwa, konsep ketuhanan dalam kehidupan praktis

A. Iman dan Taqwa


1. Pengertian Iman dan Taqwa

a. Pengertian iman

Secara etimologi iman berarti “percaya” (Hamka, 1984 : 9). Iman berasal dari bahasa Arab yang berarti juga “membenarkan”. Sedangkan arti yang sebenarnya adalah mempercayai tentang kebenaran segala yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW dengan keyakinan yang sesungguh-sungguhnya dan semua itu berasal dari Allah SWT.

Menurut pendapat Abdul A’la Al Mandudi :

Tauhid is the bedrock of Islam, its foundation its essence.

Artinya : “Iman adalah akar landasan Islam, dasar dan pokoknya” (Rahmat Rais, 2006:1).

Kita semua memahami bahwa Islam mendasarkan ajarannya terhadap monotheisme murni, artinya ajaran tauhid mutlak hanya kepada Allah SWT semata. Hal ini sesuai dengan firman Allah yang terdapat dalam QS Al-Ikhlas



Artinya :

Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa “. ( QS. Al Ikhlas : 1 ).



Sedangkan iman yang sempurna harus memenuhi tiga hal, yaitu :

1) Dimantapkan dalam kalbu

2) Iqrar dengan lisan

3) Dipraktekkan dengan organ tubuh

Maka iman yang tidak dibarengi dengan amal perbuatan, sebagaimana yang telah dicontohkan Rasul dan para sahabatnya adalah “fasiq” (merusak agama). Sedang amal perbuatan tanpa didasarkan iman adalah munafiq.

Al Qur’an menetapkan hubungan erat antara iman dan perbuatan, iman memanifestasikan dirinya dalam perilaku yang benar. Agar bermanfaat perilaku harus berlandaskan iman.

Dalam Al-Qur’an juga terdapat sejumlah ayat yang redaksionalnya terdapat kata iman, diantaranya terdapat pada surat Al-Baqarah ayat 165, yang berbunyi :


Artinya :

Adapun orang-orang yang beriman Amat sangat cintanya kepada Allah. “ ( QS. Al Baqarah : 165 ).

Berdasarkan teks ayat tersebut dapat diketahui bahwa iman adalah identik dengan asyaddu hubban lillah. Asyaddu hubban lillah berarti sikap yang menunjukkan kecintaan atau kerinduan yang luar biasa terhadap Allah. Dari ayat tersebut tergambar bahwa iman adalah sikap (attitude) yaitu kondisi mental yang menunjukkan kecenderungan atau keinginan luar biasa terhadap Allah. Orang yang beriman kepada Allah adalah orang yang rela mengorbankan jiwa dan raganya untuk mewujudkan harapan atau kemauan yang dituntut Allah kepadanya.


b. Macam-macam rukun iman


1) Iman kepada Allah SWT


Beriman kepada Allah berarti menyakini akan wujud Allah serta mengesakan-Nya baik dalam dzat, agama, sifat maupun perbuatan-Nya. Allah SWT memiliki nama-nama dan sifat-sifat yang menunjukkan maha sempurna-Nya. Misalnya Allah Maha Mendengar, Maha Melihat, Maha Mengetahui, dan lain-lain. Dengan mengenal nama dan sifat Allah seseorang akan dapat lebih mengerti Allah Tuhan Yang Maha Esa dan hanya Dia yang berhak disembah.

Sebagaimana sabda Nabi :

Artinya :

Katakanlah aku percaya kepada Allah, kemudian aku lakukan semua perintah-Nya (HR. Muslim).


2) Iman kepada malaikat


Malaikat adalah makhluk ghaib yang diciptakan oleh Allah dari cahaya dengan wujud dan sifat-sifat tertentu. Sebagai makhluk ghaib wujud malaikat tidak dapat dilihat atau dijangkau oleh panca indera, kecuali jika malaikat menampilkan diri dalam rupa tertentu seperti rupa manusia



Artinya :

“ dan Sesungguhnya utusan-utusan Kami (malaikat-malaikat) telah datang kepada lbrahim dengan membawa kabar gembira, mereka mengucapkan: "Selamat." Ibrahim menjawab: "Selamatlah," Maka tidak lama kemudian Ibrahim menyuguhkan daging anak sapi yang dipanggang. Maka tatkala dilihatnya tangan mereka tidak menjamahnya, Ibrahim memandang aneh perbuatan mereka, dan merasa takut kepada mereka. Malaikat itu berkata: "Jangan kamu takut, Sesungguhnya Kami adalah (malaikat-ma]aikat) yang diutus kepada kaum Luth." ( QS. Hud : 69 -70 ).

Malaikat tidak dilengkapi dengan hawa nafsu, tidak memiliki keinginan seperti manusia, tidak berjenis laki-laki atau perempuan, dan tidak berkeluarga. Mereka hidup dalam alam yang berbeda dengan kehidupan alam semesta yang kita saksikan. Hanya Allah yang mengetahui hakekat wujud malaikat yang sebenarnya.

Malaikat adalah hamba Allah yang mulia



Artinya :


“ dan mereka berkata: "Tuhan yang Maha Pemurah telah mengambil (mempunyai) anak", Maha suci Allah. sebenarnya (malaikat-malaikat itu), adalah hamba-hamba yang dimuliakan “,( QS. Al Anbiya : 26 ).

selalu menghambakan diri kepada Allah dan patuh akan segala perintah-Nya dan tidak pernah berbuat maksiat


Artinya :

mereka itu tidak mendahului-Nya dengan Perkataan dan mereka mengerjakan perintah-perintahNya( QS. Al Anbiya : 27 ).



3) Iman kepada nabi dan rasul Allah


Nabi dan Rasul adalah manusia biasa, laki-laki yang dipilih Allah SWT untuk menerima wahyu



Artinya :

“ Kami tiada mengutus Rasul Rasul sebelum kamu (Muhammad), melainkan beberapa orang-laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka, Maka Tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada mengetahui “ ( QS. Al Anbiya : 7 )..

Apabila tidak diiringi dengan kewajiban menyampaikan wahyu atau membawa misi tertentu, maka disebut nabi (saja). Namun bila diikuti dengan kewajiban menyampaikan wahyu atau membawa misi tertentu selain disebut sebagai nabi, ia juga disebut rasul. Jadi setiap rasul juga nabi, tetapi tidak setiap nabi menjadi rasul.

Allah tidak menyebutkan berapa jumlah keseluruhan nabi dan rasul. Tapi yang pasti adalah untuk setiap umat, Allah mengutus seorang rasul



Artinya :

tiap-tiap umat mempunyai rasul; Maka apabila telah datang Rasul mereka, diberikanlah keputusan antara mereka dengan adil dan mereka (sedikitpun) tidak dianiaya “ ( QS. Yunus : 47 ).

Jumlah nabi dan rasul yang diceritakan dalam Al Qur’an ada 25 orang disebut dalam berbagai surat dan ayat, dengan berbagai tema dan kisah yang menjadi petunjuk, pelajaran dan contoh teladan bagi umat manusia


Artinya :

“ dan Itulah hujjah Kami yang Kami berikan kepada Ibrahim untuk menghadapi kaumnya. Kami tinggikan siapa yang Kami kehendaki beberapa derajat. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Bijaksana lagi Maha mengetahui. dan Kami telah menganugerahkan Ishak dan Yaqub kepadanya. kepada keduanya masing-masing telah Kami beri petunjuk; dan kepada Nuh sebelum itu (juga) telah Kami beri petunjuk, dan kepada sebahagian dari keturunannya (Nuh) Yaitu Daud, Sulaiman, Ayyub, Yusuf, Musa dan Harun. Demikianlah Kami memberi Balasan kepada orang-orang yang berbuat baik dan Zakaria, Yahya, Isa dan Ilyas. semuanya Termasuk orang-orang yang shaleh. dan Ismail, Alyasa', Yunus dan Luth. masing-masing Kami lebihkan derajatnya di atas umat (di masanya)” (QS. Al An’am : 83 - 86 ).

Seorang muslim wajib beriman kepada seluruh nabi dan rasul yang telah diutus oleh Allah, baik yang disebut namanya maupun yang tidak disebut. Tidak sah iman seseorang yang menolak nabi dan rasul walau hanya satu dari seluruh nabi dan rasul yang diutus Allah.

Artinya :



“ Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, dan bermaksud memperbedakan antara (keimanan kepada) Allah dan rasul-rasul-Nya, dengan mengatakan: "Kami beriman kepada yang sebahagian dan Kami kafir terhadap sebahagian (yang lain)", serta bermaksud (dengan Perkataan itu) mengambil jalan (tengah) di antara yang demikian (iman atau kafir), merekalah orang-orang yang kafir sebenar-benarnya. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir itu siksaan yang menghinakan “ ( QS. An Nisa’ : 150 – 151 ).


4) Iman kepada kitab-kitab Allah


Yang dimaksud kitab-kitab Allah adalah kitab suci yang diturunkan oleh Allah SWT kepada para nabi dan rasul Nya. Sebelum kitab suci Al Qur’an diturunkan, Allah telah menurunkan beberapa kitab suci kepada para nabi dan rasul Nya. Disebutkan dalam Al Qur’an adalah lima kitab, tiga dalam bentuk kitab yaitu : Taurat, Zabur dan Inji.


Artinya :



“ Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang dengan kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang menyerah diri kepada Allah, oleh orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta mereka, disebabkan mereka diperintahkan memelihara Kitab-Kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya… “ ( QS. Al Maidah : 44 ).

Artinya :



“ …. dan Kami berikan Zabur kepada Daud “ ( QS. Al Isro’: 55 ).

Artinya :



“ kemudian Kami iringi di belakang mereka dengan Rasul-rasul Kami dan Kami iringi (pula) dengan Isa putra Maryam; dan Kami berikan kepadanya Injil dan Kami jadikan dalam hati orang- orang yang mengikutinya rasa santun dan kasih sayang…“ (QS. Al Hadid : 27 ) .

dan dua dalam bentuk shuhuf yaitu suhuf Ibrahim dan Musa

Artinya :



“ Sesungguhnya ini benar-benar terdapat dalam Kitab-Kitab yang dahulu, (yaitu) Kitab-Kitab Ibrahim dan Musa “ ( QS. Al A’la : 18 – 19 ).

Kitab-kitab Allah yang diturunkan sebelum kitab suci Al Qur’an tidaklah bersifat universal, tetapi hanya berifat lokal (untuk umat tertentu) dan tidak berlaku sepanjang masa.

5) Iman kepada hari akhir


Yang dimaksud hari akhir adalah kehidupan kekal sesudah kehidupan di dunia ini berakhir, termasuk semua proses dan peristiwa yang terjadi pada hari itu, proses tersebut meliputi :

a. Kehancuran alam semesta dan seluruh isinya serta berakhirnya seluruh kehidupan (qiyamat)

Artinya :



“ apabila bumi digoncangkan dengan goncangan (yang dahsyat), dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya, dan manusia bertanya: "Mengapa bumi (menjadi begini)?" ( QS. Az Zalzalah : 1 – 3 ).

b. Kebangkitan seluruh umat manusia dari alam kubur.

c. Dikumpulkannya seluruh manusia di padang mahsar, menunggu perhitungan amal mereka ketika di dunia.

d. Perhitungan seluruh amal perbuatan manusia di dunia.

e. Pembalasan dengan surga atau neraka.


6) Iman kepada qadla dan qadar


Secara etimologis qadla berarti ketetapan, keputusan atau kepastian (Sudarno, [t.th] : 43). Qadla Allah berarti ketetapan hukum Allah terhadap segala sesuatu. Sedangkan qadar adalah kadar, ketentuan dan ukuran. Qadar Allah berarti ukuran atau ketentuan Allah terhadap segala sesuatu.

Secara terminologi ada ulama yang berpendapat kedua istilah tersebut mempunyai pengertian yang sama dan ada pula yang membedakannya. Yang membedakannya, mendefinisikan qadla sebagai “penciptaan segala sesuatu oleh Allah sesuai dengan ilmu dan irodahnya”. Dan qadar adalah “ilmu Allah tentang apa-apa yang akan terjadi pada seluruh makhluk Nya pada masa yang akan datang.” Sedangkan ulama yang menganggap istilah qadla dan qadar mempunyai pengertian yang sama, memberikan definisi sebagai berikut :

“Segala ketentuan, undang-undang, peraturan dan hukum yang ditetapkan secara pasti oleh Allah untuk segala yang ada, yang mengikat antara sebab dan akibat segala sesuatu yang terjadi.”

Itulah rukun iman yang harus kita percayai, sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW :

Artinya :

“…. yaitu percaya kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-Nya, utusan-Nya dan percaya pada hari akhir serta percaya dengan ketentuan dari Allah, baik ketentuan yang bagus maupun ketentuan jelek” (HR. Muslim).


c. Pengaruh iman terhadap perilaku insan

Pengaruh tersebut antara lain :

1) Menanamkan rasa percaya diri dengan kesadaran akan harga diri

Sabda Nabi :

Artinya :

“Akan keluar dari neraka orang yang didalam hatinya masih ada sepercik dari keimanan” (HR. Anas).

2) Menumbuhkan sifat ksatria dengan penuh dedikasi untuk mengabdi, berjuang dan berkorban demi kebenaran, keadilan atas dasar persamaan hak dan derajat.

3) Membentuk pribadi yang jujur, adil, penuh disiplin, dan terpercaya.

Maka dalam hal ini tauhid (keimanan) terbagi menjadi 2 macam :

1) Tauhid rububiyyah, maksudnya :

a) Yakin dan percaya sepenuhnya bahwa Allah itu Maha Esa, tidak ada yang menyamai-Nya dan menyekutui-Nya.

b) Yakin dan percaya sepenuhnya, bahwa Allah itu Esa pada dzat-Nya dan Esa pada sifat serta af’al perbuatan dan kekuasaan-Nya.


2) Tauhid uluhiyyah, yaitu membulatkan kepercayaan dan keyakinan:

a) Hanya kepada Allah Yang Maha Esa itu sajalah sebagai satu-satunya tujuan ibadah bagi setiap insan.

b) Hanya kepada Allah Yang Maha Esa itu sajalah sebagai tempat memohon, berlindung, berserah diri dan meminta pertolongan. Sebagaimana firman Allah dalam QS Al-Ikhlas : 2-4.

Artinya :



Allah tempat meminta segala sesuatu, (Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia” ( QS. Al Ikhlas : 2 – 4 ).

2. Pengertian Taqwa

Kata taqwa berasal dari waqa, yaqi, wiqayah, yang berarti takut, menjaga, memelihara, dan melindungi. Sesuai dengan makna etimologis tersebut, maka kata taqwa dapat diartikan ; memelihara diri dari siksaan Allah dengan mengikuti segala perintah Nya dan menjauhi segala larangan Nya.

Sedangkan menurut pendapat ulama :

“Taqwa adalah menjalankan semua yang diperintahkan Allah dan menjauhi semua yang dilarang-Nya.”

Oleh sebab itu dapat disimpulkan bahwa taqwa adalah sikap memelihara keimanan yang diwujudkan dalam pengamalan ajaran Islam baik melaksanakan perintah-perintah Nya maupun menjauhi larangan-larangan Nya.


3. Ciri-ciri Ketaqwaan

Allah berfirman dalam QS. Al-Baqarah : 2-3, yang berbunyi :

Artinya :



“(Orang-orang yang bertaqwa yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, mendirikan shalat dan menginfakkan sebagian rezeki yang kami berikan kepada mereka.” ( QS. Al Baqarah : 2 – 3 ).

Artinya :



“Dan mereka yang beriman kepada (Al Qur’an) yang diturunkan kepadamu (Muhammad) dan (kitab-kitab) yang telah diturunkan sebelum engkau dan mereka yakin akan adanya hari akhir.” ( QS. Al Baqarah : 4 ).

Berdasarkan ayat tersebut diatas, maka tanda-tanda orang yang bertaqwa adalah sebagai berikut :

a. Beriman kepada yang ghaib, yaitu sesuatu yang tidak dapat dicapai oleh panca indera, dan ini semata-mata berdasarkan petunjuk dan firman Allah SWT. Diantara yang termasuk ghaib adalah Allah, malaikat, hari kiamat, surga, neraka, dan sebagainya.

b. Mendirikan shalat, artinya mengerjakan atau menunaikan shalat dengan menyempurnakan rukun dan syaratnya, terus menerus mengerjakannya sesuai dengan ketentuan Allah, baik secara lahir maupun secara batin. Sedangkan shalat secara bahasa adalah doa, dan secara umum :

“Shalat adalah ucapan-ucapan dan perbuatan-perbuatan yang dimulai dengan takbiratul ikram dan ditutup dengan salam dengan syarat-syarat tertentu.”

Adapun shalat yang wajib dikerjakan bagi setiap muslim dan muslimah sehari semalam lima waktu, yaitu :

1) Shalat Zuhur 4 rakaat

2) Shalat Asar 4 rakaat

3) Shalat Maghrib 3 rakaat

4) Shalat Isya’ 4 rakaat

5) Shalat Subuh 2 rakaat

Jadi jumlah seluruh rakaat shalat wajib adalah 17 rakaat dan shalat ini terkenal dengan sebutan ISLAM (Isya, Subuh, Luhur, Asar, dan Maghrib). Dengan menggunakan iqamatussalat, maksudnya mengerjakan shalat dengan sempurna baik syarat, rukun maupun ketentuan yang lain yang ada didalam shalat, sebagaimana yang terkenal di masyarakat muslim :

Artinya :

Shalat adalah tiang agama, maka barang siapa mendirikan shalat, berarti mendirikan agama dan barang siapa meninggalkan shalat, berarti merusak agama.

c. Menafkahkan sebagian rezeki yang telah dianugrahkan Allah, maksudnya memberikan sebagian rezeki yang telah direzekikan Allah kepada orang yang berhak untuk menerimanya sesuai dengan ketentuan agama. Harta yang akan dinafkahkan adalah sebagian, tidak keseluruhan dan juga tidak diterangkan berapa banyak yang dimaksud dengan sebagian itu, apa separuh, sepertiga, seperempat, dan sebagainya…. akan tetapi jika harta tersebut tidak dinafkahkan sebagian, kelak di hari kiamat akan berubah menjadi ular, sebagaimana sabda Nabi.

Artinya :

“Barang siapa yang telah diberi harta kemudian tidak mengeluarkan zakatnya, akan diperlihatnya hartanya berupa ular sawah yang botak, mempunyai dua bintik hitam di kedua matanya lalu dikalungkan kepadanya di hari kiamat nanti, ular itu akan membuka rahangnya dan berkata, aku ini adalah hartamu, aku adalah simpananmu, kemudian Rasulullah membaca ayat ini…

Artinya :



“ sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karuniaNya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. dan kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan “ QS. Ali Imran : 180” (HR. Bukhari).

d. Beriman kepada kitab yang telah diturunkan Allah, yaitu beriman kepada Al Qur’an yang telah menyempurnakan kitab-kitab sebelumnya yaitu kitab Taurat, Zabur, dan Injil. Beriman kepada kitab Allah artinya beriman kepada para rasul yang telah diutus kepada umat terdahulu dengan tidak membedakan antara yang satu dengan yang lain dari rasul Allah.


e. Beriman kepada adanya hari akhir (akhirat). Hari akhir yaitu hari yang tidak ada hari lagi dan kebalikan dunia fana ini. Negeri akhirat yaitu negeri tempat manusia dikumpulkan setelah kehidupan dunia fana ini hilang dan lenyap. Ingat, manusia dalam hidupnya mengalami lima masa yang telah dan akan dialami oleh semuanya yang lahir ke dunia fana ini, yaitu :

1) Alam arwah, yaitu alam dimana manusia pernah dijanjikan oleh Allah untuk mengakui bahwa hanya Allah satu-satunya Tuhan Yang Maha Kuasa.

2) Alam kandungan, yaitu alam dimana manusia berproses dan menjadi wujud manusia sempurna harus melalui alam ini.

3) Alam dunia, yaitu alam dimana manusia hidup dalam kehidupan yang bagi orang takwa untuk beribadah dan menanamkan benih kebaikan agar kelak pada saatnya bisa dipanen dalam kehidupan yang panjang tanpa batas waktu, sebagaimana kata orang bijak :

4) “Barang siapa yang mati tanpa bekal dan sangu mati (amal saleh dan kebaikan) sebagaimana orang menyeberang lautan tanpa menggunakan sampan/ perahu.”

5) Alam barzah, yaitu alam penantian dimana manusia setelah mati masuk ke kuburan sebelum diproses amalnya oleh Allah SWT, maka manusia akan dikarantina di tempat yang sesuai dengan amalnya ketika hidup di alam dunia fana.

6) Alam akhirat, yaitu alam terakhir yang ditunggu oleh semua manusia. Disitulah proses keadilan Allah SWT nyata adanya, sebagaimana firman Allah dalam QS. Al Zalzalah : 7-8.

Artinya :



“Maka barang siapa mengerjakan kebaikan sebesar zarrah (biji sawi) niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barang siapa mengerjakan kejahatan sebesar zarrah (biji sawi) niscaya dia akan melihat (balasan)nya “ (QS. Al Zalzalah: 7–8).


B. Ketuhanan

1. Pengertian Filsafat Ketuhanan

Sebelum dikaji pengertian “filsafat ketuhanan” maka terlebih dahulu perlu diketahui apa arti filsafat.

Dilihat dari segi bahasa, filsafat adalah bentuk kata arab yang berasal dari bahasa Yunani “philosophia” yang merupakan kata majemuk. Philo berarti suka/ cinta, dan sophia berarti kebijaksanaan (Hamzah Ya’kub, 1984 : 11). Jadi filsafat ketuhanan (teori filsafat) adalah hikmah (kebijaksanaan) menggunakan akal pemikiran dalam menyelidiki ada dan Esa Nya Tuhan. Disinilah letak persamaan falsafah agama. Tujuan agama adalah menerangkan apa yang benar dan apa yang baik, sedang falsafah juga menerangkan apa yang benar dan apa yang baik. Yang benar pertama (Alhaqqul Awwalu : The First Truth) menurut Al Kindi adalah Tuhan. Falsafah yang paling tinggi adalah falsafah tentang Tuhan, sebagaimana dinyatakan Al Kindi : “Falsafah yang termulia dan tertinggi derajatnya adalah falsafah utama, yaitu ilmu tentang Yang Benar Pertama, yang menjadi sebab bagi segala yang benar (Harun Nasution, 1978 : 15).

Sesuai dengan paham yang ada dalam Islam, Tuhan menurut Al Kindi adalah pencipta. Alam bagi Al Kindi bukan kekal di jaman lampau (qadim), tetapi mempunyai permulaan. Oleh karena itu Al Kindi dalam hal ini lebih dekat pada falsafah Plotimus yang menyadari segala yang ada. Alam adalah emanasi dari Yang Maha Satu (Harun Nasution, 1978 : 16).


2. Filsafat Ketuhanan dan Agama

Apakah persamaan dan perbedaan filsafat ketuhanan dengan agama, serta bagaimana hubungan antara keduanya ?.

Dari uraian-uraian diatas jelas adanya hubungan antara filsafat ketuhanan dengan agama, yakni adanya saling isi mengisi dan melengkapi. Keduanya terdapat persamaan dasar, yakni sama-sama membahas masalah ketuhanan. Perbedaan antara filsafat ketuhanan dengan agama terdapat dalam sistem yang dipergunakan.

Agama mengajarkan manusia untuk mengenal Tuhannya atas dasar wahyu (kitab suci) yang kebenarannya dapat diuji dengan akal pikiran. Sebaliknya filsafat ketuhanan mengajarkan manusia mengenal Tuhan melalui akal pikiran semata-mata yang kemudian kebenarannya didapati sesuai dengan wahyu (kitab suci). Dengan kata lain, bahwa baik agama maupun filsafat ketuhanan sama-sama bertolak dari pangkalan pelajaran ketuhanan, tetapi jalan yang ditempuh berbeda. Masing-masing menempuh cara dan jalannya sendiri, namun keduanya akan bertemu kembali di tempat yang dituju dengan kesimpulan yang sama yaitu : Tuhan Ada dan Maha Esa.


3. Hikmah Mempelajari Filsafat Ketuhanan

Sesuatu ilmu dipelajari karena ada manfaatnya. Kian sadar orang akan gunanya kian sabar pula mempelajarinya. Demikianlah halnya dengan filsafat ketuhanan sebagai suatu cabang filsafat mempunyai manfaat tertentu. Manfaat-manfaat itu antara lain dapat mengetahui bukti-bukti adanya Tuhan menurut akal pikiran, mengetahui sistem dan metode masing-masing ahli pikir (filosof) dalam membuktikan adanya Tuhan dengan argumentasi logika.

Dengan filsafat ketuhanan dapat diketahui kelemahan dan kebathilan paham-paham atheis dan materialisme yang hanya mempercayai adanya benda-benda fisika yang nyata. Dengan argumen akal itu pulalah seseorang yang mempelajari ketuhanan dapat terhindar dari taklid buta dan sebaliknya bersifat kritis, sehingga keimanannya kepada Tuhan bukan hanya atas dasar agama, melainkan keimanan yang didukung oleh kekuatan rasio.

a. Pembuktian adanya Tuhan dengan pikiran

Suatu nikmat yang ada dalam diri manusia adalah akal pikiran yang membuatnya melebihi makhluk-makhluk lainnya yang ada di muka bumi. Dengan akal pikiran itulah manusia dapat mencapai kemajuan yang bertangga-tangga dan merubah wajah dunia. Tetapi manusia tidak hanya merasa puas dengan perubahan-perubahan yang dialaminya dalam bidang kebudayaan, tetapi juga mencari kemajuan dalam nilai-nilai kerohanian yang dijadikannya sebagai pegangan hidup. Ketidaksanggupan manusia menjangkau dan menelusuri seluruh isi alam ini mengharuskan mereka tidak mengelak dari kemungkinan adanya yang ghaib (metafisika). Tetapi persangkaan sajapun belumlah memadai tanpa dukungan bukti-bukti yang kuat.

Oleh karena metafisika tidak sanggup dijangkau oleh panca indera, maka ditampilkanlah akal untuk mencoba mengkaji dan mengambil kepastian. Ternyata akal ini dapat melaksanakan fungsinya dan sebagian dapat diketahui dengan pasti, dan sebagian lagi akal merasa lemah tidak mampu mengambil kesimpulan sekalipun tidak menolak kemungkinan adanya.

Demikianlah filsafat ketuhanan ini dengan metode dan sistematika tertentu dapatlah mengantarkan akal itu kepada penemuan yang pasti tentang adanya Tuhan Yang Maha Esa. Kesimpulan pastinya wujud Tuhan, sama dengan kepastian 2 + 2 = 4. Penemuan ini pasti, tiada alternatif lain wajib adanya.

b. Mengetahui jalan-jalan pikiran para filosof

Dengan mempelajari filsafat ketuhanan ini pula dapatlah diketahui sistem dan metode para ahli pikir (filosof) yang jujur yang mempunyai arah yang sama dalam mencari Tuhan. Mereka kadang-kadang menempuh jalan yang berbeda, tetapi akhirnya sampai ke tempat tujuan dengan kesimpulan yang sama : Tuhan Ada dan Maha Esa. Para ahli pikir yang mencari Tuhan saling mendukung dalam mendirikan menara tinggi ilmu pengetahuan yang sebenarnya adalah menara kebesaran Allah. Dengan demikian filsafat ketuhanan ini selain menuntun kepada kebenaran dengan menggunakan logika akademi, juga memberikan perbandingan dengan memperhatikan tebaran pikiran dan taburan mutiara hikmah dari para filosof dan ahli hikmah.

c. Membuahkan ketaqwaan yang bernilai tinggi

Keimanan orang yang berilmu tidaklah sama dengan keimanannya orang yang buta hati. Hal ini ditegaskan dalam Al Qur’an :

Artinya :



“ Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran ( QS. Az Zumar : 9 ).

Dengan demikian mukmin yang berilmu lebih tinggi martabatnya dibandingkan dengan mukmin yang tidak berilmu. Iman tanpa ilmu mudah goyah, sebaliknya iman yang didukung ilmu itulah yang kuat dan tangguh. Karena iman yang didukung oleh ilmu dan akal itu lebih tinggi derajatnya, maka yang demikian itu dapat mencapai tingkat kesempurnaan. Segala kebenaran yang diterangkan melalui wahyu dicerna dan diresap dalam akal pikiran. Dari tingkat inilah akan memancarkan ketaqwaan yang bernilai tinggi.

Tetaplah firman Allah dalam Al Qur’an :



Artinya :

“ Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun “ ( QS. Al Fathir : 28 ).

d Filsafat ketuhanan penunjang agama

Seperti telah diutarakan dalam uraian terdahulu tentang persamaan antara filsafat ketuhanan dan agama, yang sama mengajarkan adanya Tuhan Yang Maha Esa, meskipun berbeda jalan yang ditempuhnya, namun menunjukkan bahwa filsafat ketuhanan dapat dijadikan sebagai penunjang dalam memperkuat kedudukan agama.

Segolongan ulama’ Islam yang terdahulu menolak filsafat karena dipandang sebagai hasil pikiran Yunani yang menyesatkan. Tetapi segolongan pula yang menerima filsafat itu karena dipandangnya sebagai “hikmah” yang menunjang dalil-dalil naqli.

Filsafat yang harus ditolak dalam Islam adalah yang mengarah kepada penentangan aqidah tauhid. Sedangkan filsafat yang sejalan dengan wahyu, tidak perlu ditolak, bahkan dapat dijadikan sebagai penunjang yang memperkuat akar agama. Khususnya filsafat ketuhanan yang menguraikan dalil-dalil adanya Tuhan, maka argumen itu sendiri jelas memperkuat keterangan Al Qur’an tentang ada dan Esa Nya Allah. Dalam pada itu Al Qur’an itu sendiri menghimbau pendayagunaan akal pikiran yang sehat, sejalan firman Allah :



Artinya :

“Apakah kamu tidak memikirkan (nya)” ( QS. Al An’am : 50 ).

Para nabi dan rasul Allah sebenarnya dibekali dengan hikmah, kecerdasan dalam mendayagunakan akalnya dalam menterjemahkan, menerangkan dan menerapkan wahyu Ilahi.

Bukankah ini semua menunjukkan pentingnya hikmah (filsafat) sebagai dalil yang tersirat dibalik apa yang tersurat dalam kitab suci ?



Latihan

1. Apa yang Saudara ketahui tentang iman dan takwa?

2. Ada teks Al Quran demikian

و لكل ا مة رسو ل فاء ذا جاء رسو لهم قض بينهم با لقسط وهم لا بظلمون

Pertanyaan:

a. harakatilah dengan benar!

b. terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar!

c. apa kandungan dari ayat tersebut?

3. Sebut dan jelaskan proses terjadinya hari akhir!

4. Sekurang-kurangnya ada 7 macam pengaruh iman terhadap perilaku manusia, sebut dan jelaskan!

5. Manusia mengalami lima masa, sebut dan jelaskan masing-masingnya!

6. Jelaskan pengertian filsafat dan apa yang dimaksud Tuhan sebagai The First Truth?

7. Jelaskan hubungan antara filsafat ketuhanan dan agama dalam keberagaman!

8. Benarkah Tuhan ada? Jelaskan jawaban Saudara baik menggunakan ratio maupun ajaran agama!

9. Filasafat atheisme dan materialisme perlu ditolak dalam kerangka beragama, mengapa?

10. Dapatkah Saudara membuktikan secara empirik bahwa 2x2=4? Dapat pulakah Saudara membuktikan bahwa Tuhan itu ada melalui pengalaman hidup Saudara. Untuk menjawab ini Saudara perlu menjelaskan pengalaman hidup yang Saudara pandang monumental. Jika tidak bisa, dengan apa Saudara menyatakan bahwa Tuhan itu ada?






DAFTAR PUSTAKA

Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahnya, Semarang, Toha Putra , 1989.

Harun Nasution, Filsafat dan Mistisme dalam Islam, Jakarta, Bulan Bintang, 1978.

Hamka, Pelajaran Agama Islam, Jakarta, Bulan Bintang, 1984.

Hamzah Ya’kub, Filsafat Ketuhanan, Bandung, PT. Al Ma’arif, 1984.

Rahmad Rais (et.all), Pengembangan Kepribadian Islam, Aneka Ilmu, 2006.

Sudarno, Shobron (et.all), Studi Islam I, Lembaga Studi Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta, [t.th].