BAB II

MANUSIA DAN PERANANNYA




Standar Kompetensi

Setelah membaca bab ini, mahasiswa diharapkan:

1. Mampu mengetahui hakikat manusia dan hakikat dirinya sebagai manusia

2. Mampu mengetahui potensi dan sifat-sifat manusia secara umum maupun dirinya

3. Mampu mengetahui cirri-ciri manusia secara umum

4. Mampu membangun harga dirinya sesuai dengan syariat Islam



A. Pendahuluan

Siapakah manusia sebenarnya? Apakah diri kita sudah mengenal diri kita sendiri? Dimanakah kedudukan kita sebagai ciptaan Allah? Bagaimana sikap kita pada Allah SWT? Dan masih banyak lagi persoalan yang perlu dilontarkan kepada manusia pada dirinya sendiri yang sudah hidup sekian lama di muka bumi. Masalah manusia adalah hal yang tidak pernah habis-habisnya dibicarakan. Banyak ilmuwan mencoba membicarakan dan mempelajarinya. Namun tidak begitu berhasil. Karena masing-masing pakar mempunyai teori dan definisi sendiri-sendiri. Berbagai disiplin ilmu seperti psikologi, sosiologi ekonomi, antropologi, filsafat dan teologi mempunyai berbagai pendekatan yang berbeda dan teori yang berlainan tentang manusia.

Asal manusia adalah ruh dan tanah. Ia kemudian dilengkapi dengan potensi akal, hati dan jasad yang merupakan suatu kelebihan yang Allah berikan dibanding makhluk lainnya. Ciri manusia sebagai makhluk yang dilebihkan oleh Allah ialah diberikan beban dan balasan. Dengan akal, hati dan jasad, manusia dapat beribadah. Ibadah yang sesuai dengan fitrah manusia adalah ibadah yang komprehensif.


Satu aplikasi dari mengenal manusia adalah aspek tawazun (keseimbangan). Keseimbangan berlaku pada diri seorang muslim apabila terpenuhi semua keperluan akal, jasad dan ruhnya. Lalu keseimbangan itu dijalankan pada akal, jasad dan ruh tersebut. Ruh yang lebih tinggi dibandingkan syahwat akan menjadikan hidup aman dan tentram. Sebaliknya bila syahwat lebih tinggi dibandingkan ruh, maka akan membawa kesesatan di masa depan, terlebih lagi apabila ia tidak merubah diri akan membawa pada kerusakan.


Pengenalan Manusia

Manusia adalah makhluk Allah yang terdiri dari ruh dan tanah yang dilengkapi dengan potensi hati, akal dan jasad. Potensi ini memiliki kelebihan dan keutamaan dibanding makhluk lainnya. Dengan hati manusia berniat, dengan akal manusia berilmu dan dengan jasad manusia beramal. Kelebihan dan kemuliaan manusia ini disediakan untuk menjalankan amanah beribadah dan menjalankan fungsi khalifah di muka bumi. Peranan dan tugas yang dilakukan ini akan mendapatkan balasan yang sesuai.

Pengoptimalan potensi manusia dari segi hati, akal dan jasad akan membawa manusia ke derajat yang lebih tinggi dan mulia. Seperti mulianya ruh yang Allah berikan kepada manusia. Sebaliknya apabila manusia tidak mampu mengoptimalkan potensinya akan mencapai derajat yang rendah bagaikan binatang ternak atau tanah seperti asalnya manusia.


Hakikat Manusia


Hakikat manusia menurut Allah adalah makhluk yang dimuliakan, dibebani tugas, bebas memilih dan bertanggung jawab. Sebagai makhluk, manusia mempunyai sifat fitrah, lemah, bodoh dan fakir. Namun ia diberikan kemuliaan karena mempunyai ruh, mempunyai berbagai keistimewaan, serta ditundukkannya alam ini baginya. Manusia juga diberikan beban oleh Allah SWT untuk beribadah dan menjalankan perannya sebagai khalifah di bumi untuk mengatur alam dan seisinya.

Kita perlu mengenal manusia tidak dari segi kelebihannya saja, tetapi juga kelemahannya sehingga pengenalan ini dapat menyadarkan manusia dalam berbuat dan bertindak. Beberapa kelemahan manusia yang disebutkan oleh Allah SWT selain kejiwaan yang keluh kesah juga bersifat lemah, bodoh dan faqir (sifat membutuhkan). Mengenal hakikat manusia ini yang mempunyai bentuk yang serba terbatas ini diharapkan mampu memahami tugas dan peran yang dibebankan oleh Allah kepada manusia sehingga manusia memilih jalan yang benar dan bertanggung jawab terhadap pelaksanaannya. Manusia dengan fitrahnya akan mengatakan bahwa pembunuhan, pemerkosaan, korupsi, mencuri, kejahatan, menipu, berdusta, berkelahi adalah suatu perbuatan yang tidak baik. Sebaliknya, berbuat baik, membantu orang lemah, berkata jujur, berkata benar, dan menghargai orang lain adalah perbuatan baik. Potensi fitrah manusia ini perlu dipelihara dengan mengamalkan nilai Islam (yang juga fitrah) sehingga manusia mendapatkan kedamaian dan kebahagiaan.

Manusia dengan kelemahannya dengan keterbatasan akal dan fisik, manusia tidak mungkin mampu menembus semua alam ini dengan akalnya. Begitu pula fisiknya, manusia dibandingkan dengan alam sangat kecil dan lemah, manusia sangat lemah di hadapan Allah sehingga diperlukan untuk meminta bantuan dan lindungan dari Allah SWT.

Manusia dengan kebodohannya mau menerima beban amanat yang begitu besar yang diberikan Allah kepadanya, sementara makhluk lain tidak mau menerima beban amanat ini. Maka Allah menyebutkan manusia itu zalim dan bodoh. Kezaliman dan kebodohan ini disebabkan karena dalam memikul amanat ini perlu ilmu dan pengalaman yang konsisten sehingga tidak mengkhianati amanat tersebut. Apabila manusia berilmu dan mampu mengamalkannya dengan istiqamah maka telepas dari kezaliman dan kebodohan.

Manusia dengan faqirnya (sifat membutuhkan) mempunyai kebutuhan atau kehendak kepada Allah yang menciptakannya. Terlalu banyak yang telah Allah berikan kepada manusia namum demikian dalam perjalanan kehidupan manusia didapatkan berbagai kelemahan yang perlu diminta kepada Allah. Karena Allah Maha Kaya dan tidak perlu sesuatu maka permintaan manusia yang tepat adalah kepada Allah.


4. Potensi Manusia

Manusia sebagai khalifah dapat menggunakan potensinya untuk memelihara alam. Khalifah adalah yang diamanatkan untuk membangun dan memelihara alam, bukan sebagai pemilik yang sebenarnya. Khalifah mesti menjalankan tugasnya sesuai dengan apa yang telah Allah kehendaki, bukan membuat jalan sendiri dan tidak menentang peraturan-peraturan Allah yang telah diperintahkan. Bagi mereka yang berkhianat terhadap potensi yang dimilikinya akan mendapatkan kerugian. Bahkan Allah SWT mengumpamakan sebagai hewan ternak, anjing, monyet, babi dan keledai.

Allah SWT memberikan kelebihan dan keutamaan kepada manusia dengan pendengaran, penglihatan dan hati. Potensi ini kadang tidak disyukuri manusia bahkan ia sering menggunakan matanya untuk melihat yang haram, telinganya untuk mendengar yang haram, serta hatinya yang digunakan untuk membenci, dendam, dan berprasangka buruk pada orang lain. Mereka yang demikian akan menghancurkan dirinya sendiri dan termasuk orang-orang yang merugi. Bayangkanlah seandainya kita tidak dapat melihat atau mendengar. Hal ini tentu akan menyusahkan hidup kita. Sehingga patutlah kita bersyukur kepada Allah dengan nikmat-nikmat yang diberikan-Nya.

a. Kepemimpinan

Manusia dengan kelebihan dan potensi yang diterimanya perlu bertanggung jawab dan menyadari tugas serta perannya. Tugas tersebut adalah beribadah kepada Allah SWT. Namun demikian tidak semua manusia bersedia menerima tugas ini, sebagian ada yang menerima dan sebagian lagi ada yang menolaknya. Dengan ketiga potensi tersebut (hati, mata dan telinga) dan kelebihan-kelebihannya, manusia mendapatkan tugas beribadah. Firman Allah



Artinya :

dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku “. ( QS. Adz Dzariyaat : 56. )


b. Amanah

Manusia dengan potensinya telah ditawarkan oleh Allah untuk menjadi khalifah, yang kemudian diterima oleh manusia untuk memikul amanat tersebut. Langit, bumi dan gunung menolak amanat tersebut, tetapi manusia bersedia menerimanya. Amanat merupakan beban dan sekaligus tanggung jawab bagi yang menerima amanat. Amanat yang diterima oleh manusia adalah amanat kekhalifahan. Apabila manusia menjadikan perintah Allah sebagai kewajiban maka akan bersikap amanah sehingga memperoleh kedudukan khalifah.

Bagi manusia yang lalai dan tidak bertanggung jawab terhadap potensinya serta tidak menyadari atau memahami potensi yang diterimanya, ia disebut khianat dan akan mendapat kerugian yang besar, dan apabila potensi ini digunakan dengan baik melalui ibadah dan amal shaleh maka ia akan bahagia.


B. Sifat Manusia

Jiwa manusia diberi dua jalan yaitu takwa dan fujur (kesesatan). Jalan yang benar adalah jalan takwa sedangkan jalan yang salah adalah kesesatan. Manusia yang bertakwa senantiasa membersihkan dirinya (tazkiyatun nafs). Jiwa yang bersih akan memunculkan sifat seperti syukur, sabar, penyantun, penyayang, bijaksana, suka bertaubat, lemah lembut, jujur dan dapat dipercaya. Sedangkan manusia dengan potensi yang dimilikinya sangat mampu untuk menentukan mana yang benar dan mana yang salah. Sedangkan jalan kesesatan mereka cenderung memperturutkan syahwatnya, tergesa-gesa, berkeluh kesah, gelisah, enggan berbuat baik, bakhil, kufur, susah payah, membantah, zalim, jahil, merugi, yang pada akhirnya mereka akan merasakan kegagalan. Sifat yang seperti ini diambil oleh manusia sehingga mereka tidak disenangi oleh masyarakatnya dan tidak memperoleh kehidupan yang bahagia. Manusia diberi kebebasan untuk memilih yang baik atau yang buruk. Manusia dengan akal dan potensinya dapat memilih untuk mengikuti Islam atau tidak mengikutinya, serta memilih untuk menempuh jalan takwa atau jalan kesesatan. Dari pilihan ini manusia akan mendapatkan keberhasilan atau kegagalan.


1. Manusia sukses

Sifat mulia manusia tersebut akan mendapatkan balasan kebaikan dari Allah, dari manusia dan dari dirinya sendiri. Orang yang bertaubat disayangi oleh Allah, sehingga ia diberi banyak kesuksesan dalam hidupnya. Terhadap dirinya manusia memperoleh kemenangan karena sifat syukur dan sabar, manakala terhadap orang lain mendapatkan kasih sayang dan penghargaan karena sifat penyantun, penyayang, lemah lembut dan bijaksana. Sedangkan dalam Al Qur’an Allah berfirman bahwa dengan ketakwaan akan diberi kesuksesan, selain itu mereka yang beriman, beramal shaleh, persaudaraan muslim dan melakukan amar ma’ruf nahi munkar (menyuruh kebaikan dan melarang kemungkaran).


2. Manusia gagal

Sesuatu yang tidak sesuai dengan fitrah akan berlawanan dengan diri manusia. Allah telah memberikan nilai dan perintah yang fitrah tetapi manusia mengingkarinya. Nilai dan aturan tersebut akan membawa kemenangan, tetapi bagi yang mengingkari akan mendapatkan kegagalan. Kegagalan terjadi karena yang diamalkannya berlawanan dengan fitrah manusia. Perbuatan tidak baik yang digambarkan dalam tingkah laku buruk seperti keluh kesah, enggan beramal dan gelisah. Selain merugikan diri sendiri juga akan merusak hubungan dengan masyarakatnya seperti keluarga dan teman-temannya. Hubungan dengan Allah pun menjadi tidak baik akibat dari sifat buruk orang-orang yang fujur (sesat) tersebut.


C. Misi Manusia

Tugas manusia sebagai khalifah adalah membangun dan memelihara, cara melaksanakan tugas ini adalah amar ma’ruf nahi mungkar. Pola penumbuhan tugas khilafah adalah dengan membangun dan memelihara yang berkaitan dengan unsur materi dan ruhani. Membangun alam ini dengan melakukan arahan yang akan menghasilkan peradaban, manakala cara syariat akan menghasilkan akhlak.

Khalifah berfungsi untuk membangun dan memelihara lima perkara, yaitu agama, jiwa, akal, harta dan keturunan. Memelihara kelima perkara tersebut dilakukan dengan dakwah, mengajak kebaikan dan melarang kemungkaran. Sehingga Allah akan perlihatkan yang benar itu benar dan yang salah itu salah. Syarat untuk mencapai fungsi khalifah dengan baik memerlukan beberapa kekuatan yaitu : kekuatan aqidah, kekuatan akhlak, kekuatan jamaah, kekuatan ilmu dan kekuatan harta.


1. Manusia

Allah berfirman



Artinya :

“ dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku “.( QS. Adz Dzariyaat : 56. )

Manusia ciptaan Allah ditugaskan untuk beribadah. Hal ini sesuai dengan tuntutan fisik atau nurani manusia agar mendapatkan kedamaian. Dengan beribadah maka Allah akan memberikan ketaqwaan yang kemudian akan menghasilkan harga diri. Taqwa membawa kebahagiaan yang juga akan meninggikan status orang bertaqwa berupa kemuliaan di sisi Allah. Karena Allah adalah Maha Hebat dan Kuasa maka orang bertaqwa yang berada di sisi Allah juga mendapatkan penghargaan dan penghormatan berupa harga diri.


2. Manusia sebagai khalifah

Hanya Allah yang mampu mengemban amanat sebagai khalifah, selain manusia, makhluk lain tidak mampu menjadi khalifah bumi. Allah menunjuk manusia sebagai khalifah karena potensi yang dimiliki oleh manusia lebih baik dibandingkan makhluk lain, sehingga wajar penunjukan dijatuhkan kepada manusia. Dengan potensi tersebut maka manusia mampu menjalankan fungsi membangun dan memelihara ala mini.


3. Manusia sebagai pembangun

Tugas membangun manusia diarahkan kepada sesuatu yang bersifat materi dan ruhani. Hal yang bersifat materi adalah masalah fisik manusia dan alam semesta beserta isinya. Allah memberikan segala fasilitas yang dikehendaki oleh manusia. Dengan kemampuan akal maka manusia memberikan arahan kepada alam yang dikendalikannya. Hal yang bersifat ruhani dibangun dengan pendekatan syariat yang diberikan berupa akhlak yang baik. Ruhani manusia perlu dibangun dengan nilai syariat Islam. Dengan dakwah maka akan menghasilkan umat terbaik dengan karakter akhlak yang mulia.


4. Manusia sebagai pemelihara

Setelah manusia membangun alam ini dengan arahan dan syariat, maka manusia juga dituntut untuk menjalankan tugas memelihara alam. Beberapa perkara yang dipelihara adalah materi dan ruhani. Memeliara alam dan fisik manusia akan mendapatkan harapan berupa balasan yang baik. Demikian juga dalam memeliara ruhani kita dengan baik maka akan mendapatkan kebahagiaan.


5. Manusia sebagai penjaga

Manusia sebagai khalifah dengan misi dan tugasnya akan mampu untuk menjaga agama, nafsu, akal, harta dan keturunan manusia. Khalifah mampu menjaga agama dari usaha-usaha manusia yang ingin memadamkan cahaya Islam begitu juga seorang khalifah mampu menjaga potensi yang dimilikinya seperti nafsu dan akal sehingga bias dioptimalkan pada tempatnya yang sesuai. Seorang khalifah juga dapat menjaga harta dan keturunannya dari mereka yang mengganggu. Manusia sebagai khalifah akan mampu menjaga kelima perkara tersebut.


D. Ciri Utama Manusia

Manusia bertanggung jawab atas segala perbuatannya dan berakhlak. Menurut ajaran Islam, manusia, dibandingkan dengan makhluk lain, mempunyai ber­bagai ciri, antara lain ciri utamanya adalah :


1. Makhluk yang paling sempurna,

dijadikan dalam ben­tuk yang baik, ciptaan Tuhan yang paling sempur­na.



Artinya :

“ Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya “. ( QS. At Tin : 4 ).

Karena itu pula kebaikannya (kelainannya dari makhluk ciptaan Tuhan yang lain) dapat dilihat pada bentuk dan struktur tubuhnya, gejala-gejala yang ditimbulkan jiwanya, mekanisme yang terjadi pada setiap organ tubuhnya, proses pertumbuhan­nya melalui tahap-tahap tertentu. Manusia, sebagai makhluk, karena itu seyogyanya menya­dari kelemahannya. Kelemahan manusia berupa sifat yang melekat pada dirinya disebutkan Allah dalam al-Quran, di antaranya adalah :


a melampaui batas



Artinya :

dan apabila manusia ditimpa bahaya Dia berdoa kepada Kami dalam Keadaan berbaring, duduk atau berdiri, tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu daripadanya, Dia (kembali) melalui (jalannya yang sesat), seolah-olah Dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya. Begitulah orang-orang yang melampaui batas itu memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan “.( QS. Yunus : 12 ).


b zalim (bengis, kejam, ti­dak menaruh belas kasihan, tidak adil, aniaya) dan mengingkari karunia (pemberian) Allah :



Artinya :

” dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah) “. ( QS. Ibra­him : 34 ).


c tergesa-gesa



Artinya :

“ dan manusia mendoa untuk kejahatan sebagaimana ia mendoa untuk kebaikan. dan adalah manusia bersifat tergesa-gesa “.(QS. al-Isra' : 11).


d suka membantah



Artinya :

“ dan Sesungguhnya Kami telah mengulang-ulangi bagi manusia dalam Al Quran ini bermacam-macam perumpamaan. dan manusia adalah makhluk yang paling banyak membantah “. ( QS. Al Kahfi : 54 ).


e berkeluh kesah dan kikir



Artinya :

“ Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah “.( QS. Al Ma 'arij : 19 – 21 ).


f ingkar dan tidak berterima kasih



Artinya :

“ Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar, tidak berterima kasih kepada Tuhannya “.( QS. Al 'Adiyat : 6 ).


2. Manusia memiliki potensi (daya atau kemampuan yang mungkin dikembangkan) beriman kepada Allah.


Sebab sebelum ruh (ciptaan) Allah dipertemukan dengan jasad di rahim ibunya, ruh yang berada di alam gaib itu ditanyai Allah, apakah mereka mengakui Allah se­bagai Tuhan mereka (Alastu bi rabbikum: Apakah kalian mengakui Allah sebagai Tuhan kalian). Serentak dan semuanya mengakui Allah sebagai Tuhan mereka (Bala syahidna: Ya, kami akui (kami saksikan) Engkau adalah Tuhan kami).



Artinya :

“ dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), Kami menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)" ( QS. Al ­A’raf : 172 ).

James Allen, penulis buku “How Man Think”, mengatakan “Manusia akan tahu bahwa setiap kali dia mengubah cara pandangnya terhadap sesuatu dan orang lain, maka sesuatu dan orang lain itu akan berubah sikap terhadap dirinya. Biarlah orang akan mengubah cara berpikirnya dan kita akan terperanjat. Betapa cepat kehidupan materialnya berubah. Sesuatu yang sakral untuk membentuk tujuan kita sendiri.



Artinya :

“ sedang segolongan lagi telah dicemaskan oleh diri mereka sendiri, mereka menyangka yang tidak benar terhadap Allah seperti sangkaan jahiliyah “ ( QS. Al Imron : 154 ).

(Dr. Aidh Al Qarni, La Tahzan).


3. Manusia diciptakan Allah untuk mengabdi kepada Nya.


Tugas manusia untuk mengabdi kepada Allah dengan tegas dinyatakan-Nya dalam al-Quran surat az-Zariyat : 56.



Artinya :

“ dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku “. ( QS. Az Dzariyat : 56 ).

Mengabdi kepada Allah dapat dilakukan manusia melalui dua jalur, jalur khusus dan jalur umum. Pengab­dian melalui jalur khusus dilaksanakan dengan melakukan ibadah khusus, yaitu segala upacara pengabdian langsung kepada Allah yang cara dan waktunya telah ditentukan oleh Allah sendiri sedang rinciannya dijelaskan oleh Rasul-Nya, se­perti ibadah shalat, zakat, saum, dan haji. Pengab­dian melalui jalur umum dapat diwujudkan dengan melakukan perbuatan-perbuatan baik yang disebut amal saleh yaitu segala perbuatan yang berman­faat bagi diri sendiri dan masyarakat, dengan niat ikhlas untuk mencari keridaan Allah.


4. Manusia diciptakan Tuhan untuk menjadi khalifah­Nya di bumi.


Hal itu dinyatakan Allah dalam fir­man-Nya. Di dalam surat al-Baqarah : 30 dinya­takan bahwa Allah menciptakan manusia untuk menjadi khaiifah-Nya di bumi. (Untuk lengkapnya dibahas pada misi manusia).



Artinya :

“ ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." ( QS. Al Baqarah : 30 ).


5. Secara individual manusia bertanggung jawab atas segala perbuatarmya.

Ini dinyatakan Tuhan dalam firman-Nya



Artinya :

“ tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya “. ( QS. At Thur : 21 ).



6. Berakhlak.

Berakhlak adalah ciri utama manusia dibandingkan.dengan makhluk lain. Artinva, ma­nusia adalah makhluk yang diberi Allah kemampuan untuk membedakan yang baik dengan yang buruk. Dalam Islam kedudukan akhlak sangat penting, menjadi komponen ketiga agama Islam. Kedudukan itu dapat dilihat dari Sunnah Nabi yang mengatakan bahwa beliau diutus untuk me­nyempurnakan akhlak manusia. Suri teladan yang diberikan Nabi semasa hayatnya merupakan con­toh yang seyogyanya diikuti oleh ummat Islam. Selain dari keteladanan beliau, butir-butir akhlak banyak sekali terdapat dalam al-Quran. Ajaran akhiak yang berasal dari al-Quran dan al-Hadis berlaku abadi, selama-lamanya. Perwujudannya kelihatan pada sikap yang dilanjutkan dengan per­buatanbaik atau buruk.

(Daud A, SH. Pendidikan Agama Islam, 2005: 345-361)


E. Membangun Harga Diri

Membangun harga diri atau kebanggaan perlu dijelaskan melalui pendekatan bahwa manusia secara kemanusiannya memiliki kelebihan, lalu kewajiban muslim untuk beribadah dan beberapa karakter umat Islam yang akan menghantarkan kepada kebanggaan Islam. Kunci dari usaha membangun harga diri adalah melalui dakwah Islam. Allah berfirman :



Artinya :

“ dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung “. ( QS Ali Imran : 104 ).

Ada beberapa cara untuk membangun harga diri manusia yaitu :


1. Mulia

Allah telah menciptakan manusia kelebihan dan keutamaan dibandingkan makhluk lain. Beberapa kelebihan tesebut adalah kemuliaan yang Allah berikan. Dimuliakan manusia lalu diberinya rizki yang baik dan halal. Allah juga memberikan kelebihan yang sempurna kepada manusia. Manusia bersyukur kepada Allah dengan cara beribadah dan berbuat baik.


2. Keutamaan

Selain diberinya kemuliaan, Allah SWT memberikan keutamaan kepada manusia. Banyak sekali keutamaan yang ada diantaranya potensi akal, ruh dan jasad dan juga didapatkan keutamaan seperti mata, telinga dan hati. Keutamaan ini begitu sempurna diciptakan Allah sehingga sangat berbeda dengan potensi yang dimiliki makhluk lain.


3. Diperuntukkan

Ternyata Allah SWT tidak cukup memberikan kemuliaan dan keutamaan, Allah juga memperuntukkan semua alam dan isinya bagi kepentingan manusia. Manusia dapat menikmati cahaya matahari dan bebas menghirup udara segar, serta dapat memakan makanan dan meminum apa saja yang ada di bumi. Semua yang ada di langit, di darat dan di laut dijadikan kepentingan manusia, begitu besar kebaikan Allah kepada manusia, tetapi sebagian manusia tidak bersyukur kepada-Nya.


4. Amanah

Dengan berbagai kelebihan tersebut maka manusia mempunyai kemampuan untuk mengemban amanah sebagai khalifah. Manusia mempunyai kemampuan dalam mengelola alam ini melalui cara membangun dan memelihara alam ini.

Membangun harga diri selain dengan cara memahami kelebihan yang dimiliki manusia, juga dengan menjalankan kewajiban sebagai seorang muslim, yaitu dengan beriman kepada Allah dan Rasul dengan benar sehingga memperoleh aqidah yang shalih. Dengan dasar aqidah ini, manusia beribadah kepada Allah dengan menjalankan segala kegiatan kehidupan berdasarkan Islam. Ibadah khusus atau tidak khusus dilaksanakan sehingga Allah SWT akan memberinya ketakwaan. Kemuliaan akan Allah berikan kepada orang yang bertakwa, bahkan Allah sebutkan di sisi Allah yang berarti mendapatkan suatu kehormatan dan prestise.






Latihan

1. Apa yang Saudara ketahui tentang hakikat manusia?

2. Jelaskan potensi dan misi manusia menurut ajaran Islam!

3. Sekurang-kurangnya ada 6 ciri manusia. Sebut dan jelaskan masing-masing secara lugas1

4. Allah berfirman:

و لقد صر فنا فى هذا القراء ن للنا س من كل مثل وكا ن الا نسا ن ا كثرشيئ جد لا

Pertanyaan

a. harakatilah dengan benar!

b. ayat tersebut terdapat dalam surat apa dan ayat berapa?

c. terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar!

d. apa kandungan pokon ayat tersebut?

5. Jelaskan misi manusia sebagai khalifah!

6. Manusia dikatakan sebagai penjaga, apa yang dimaksud dengan ungkapan ini? Apa yang harus dijaga? Bagaimana cara menjaga sesuatu yang dijaga oleh manusia ini?

7. Jelaskan prestasi ilmuwan dalam mempelajari manusia! Hasilnya memuaskan, membingungkan, atau sepotong-potong? Jelaskan argumen Saudara!

8. Di dalam diri manusia ada yang bernama jiwa. Apa arti jiwa? Jika jiwa itu bersih, sifat apa saja yang ditimbulkan? Jika jiwa itu kotor, sifat apa saja yang ditimbulkannya?

9. Ada beberapa cara utnuk membangun harga diri manusia, sebut dan jelaskan!

10. Beribadah secara ajeg, ikhlas, memenuhi syarat, rukun, keutamaannya, dan mencari ridha Allah termasuk membangun harga diri atau tibak? Jelaskan dengan argumentasi baik secara rasional maupun doktrial!






DAFTAR PUSTAKA

Al Qur’anul-Karim.

Al-Dadang Hawari, al-Qur’an: Ilmu Kedokteran Jiwa dan Ilmu Kesehatan Jiwa. Jakarta: Dhana Bakti Primayasa, 1997.

Ari Ginanjar Agustian. Rahasia membangun ESQ/Ower. Jakarta: Arga, 2006.

Mohammad Daud Ali. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Raja Gafurdo Persada, 2005.